Rabu pagi dimulai dengan sedikit huru-hara. Sebab, setelah siap berangkat kerja, saya baru membaca pesan jika pengasuhnya anak-anak tidak bisa datang karena harus menjaga orang tuanya yang sedang sakit. Sementara jadwal suami juga berubah: yang seharusnya libur malah menjadi masuk. Kami diskusi sebentar, lalu diambil keputusan bahwa yang bisa mengajukan cuti jalur dadakan cuma saya. Jujur, suasana hatiku sempat nggak baik saat itu. Bukan karena tidak suka di rumah bersama anak-anak. Namun, karena beberapa pekerjaan jadi agak terbengkalai karena hal ini dan kami juga ada rencana mudik ke Lhokseumawe bulan Juli nanti. Jadi, seharusnya saya menghemat cuti, ya hehehe. Biar sebal di awal, kalau sudah cuti harus menikmati dong. Maka dari itu, saya ajak suami belanja karena ada resep yang telah lama ingin kami coba, yaitu ramen dengan gaya Tenkaippin. Katanya sih, Tenkaippin merupakan sebuah chain restoran ramen terkenal di Jepang. Nah, suami penasaran dengan resepnya Chef Hi...
Sepulang kerja, sembari mengendarai motor pikiran saya melayang ke mana-mana (ini contoh yang tidak baik, jangan ditiru, ya). Salah satu yang terlintas adalah… kok cepat banget ya, tiba-tiba sudah bulan Mei 2025? Padahal, rasanya baru saja melewati malam tahun baru yang penuh kebingungan. Waktu itu, anak kedua saya ternyata alergi laktosa sehingga harus buru-buru ganti susu formula yang bebas laktosa. Diantara keriuhan kondisi tersebut, saya tetap melaksanakan ritual rutin setiap ganti tahun, yaitu membuat resolusi. Ya… walau kadang berjalan mulus, kadang juga nggak. Resolusi di tahun 2025 versi saya adalah lebih aktif di dunia digital. Itulah sebabnya, sejak tahun 2024 saya pasang pondasi, mulai dari membuat konsep ulang untuk Instagram, Blog hingga Threads. Harapannya, semua jejak digital saya bisa lebih rapi dan nggak hilang begitu saja seperti blog sebelumnya. Tapi… ya namanya menjadi ibu bekerja dengan dua anak jarak dekat, sangat menantang sekali jika ditambah dengan m...